Semua penerjemah lepas berhak memilih untuk
siapa dia bekerja dan proyek apa saja yang dikerjakan. Ada begitu banyak
peluang proyek terjemahan yang bisa didapatkan setiap hari baik secara online
dan offline. Di situs outsourcing pun, proyek seperti ini sangat melimpah dan mudah
dijumpai karena proyek-proyek baru di berbagai bidang selalu bermunculan dalam
hitungan jam atau bahkan menit. Seandainya penerjemah melewatkan atau menolak
satu proyek pun, masih ada peluang lainnya yang siap menanti.
Pada dasarnya, penerjemah pemula (yang
pengalamannya belum seberapa atau bahkan bisa disebut nol) agak kesulitan untuk
menolak/melewatkan tawaran proyek terjemahan. Karena namanya belum tenar dan
reputasinya masih kosong, mereka tidak bisa pilih-pilih dan menentukan proyek
mana yang lebih disukai. Berbeda dengan pemula, penerjemah profesional dengan
jam terbang tinggi sangat mudah mendapatkan proyek penerjemahan. Meskipun
menolak satu tawaran proyek dengan alasan tertentu (biasanya tarif dan deadline
tidak masuk akal), tawaran berikutnya pasti bisa didapatkan dengan mudahnya.
Terlepas dari mudah tidaknya dapatkan
proyek terjemahan, sikap selektif perlu diterapkan karena tidak sembarang
proyek bisa diterima dan untuk keselamatan bersama antara klien dan penerjemah
itu sendiri. Untuk menghindari konflik atau masalah yang tidak perlu setelah hasil
terjemahan diserahkan ke klien, penerjemah perlu pertimbangkan hal ini sebelum menyatakan
kesediaannya untuk menerima proyek.
Teks sesuai dengan kemampuan
Tidak semua teks mudah diterjemahkan dan
bisa diselesaikan dalam waktu singkat sesuai permintaan klien. Bagi penerjemah
pemula, teks yang terlalu rumit karena banyak istilah teknisnya atau teks yang
bersifat sensitif sebaiknya dihindari demi keselamatan kariernya. Teks
kedokteran atau bidang teknik mengandung banyak sekali istilah teknis yang
sangat tidak lazim dan jarang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, terutama
bahasa lisan. Konsekuensinya, penerjemah harus sering membolak-balik kamus atau
mencari referensinya di Google. Ini tentunya butuh waktu lebih lama dan
menguras tenaga. Namun, penggunaan istilah teknis ini sebenarnya bisa diakali
jika penerjemah menggunakan software CAT tool yang bisa menyimpan banyak
istilah teknis dan mencocokkannya dengan teks yang sedang diterjemahkan.
Teks yang bersifat sensitive (contohnya,
teks keagamaan atau hokum) sebaiknya dihindari penerjemah yang belum kompeten
(atau pemula) karena konsekuensi dan tanggung jawab dari penggunaan teks tersebut
tidaklah sepele. Sedikit kesalahan dalam teks agama bisa berakibat fatal
(apalagi terjemahan kitab suci) karena berpotensi menyesatkan banyak umat.
Kesalahan dalam teks hukum juga mengerikan karena berhubungan dengan penegakan
hukum.
Tenggat waktu masuk akal
Untuk memastikan terjemahan mulus tanpa
kesalahan (baik kesalahan ketik atau penyimpangan makna), pastikan tenggat
waktunya memadai dan rasional. Pada dasarnya, penerjemah pemula memerlukan
waktu jauh lebih lama untuk menerjemahkan teks, apalagi jenis teks bidan
tertentu yang masih asing baginya. Sebaliknya, penerjemah senior tidak merasa kesulitan
untuk meladeni klien dengan kepentingan mendadak dan teksnya harus
diterjemahkan segera. Mustahil penerjemah manusia bisa menandingi kecepatan
mesin penerjemah otomatis (sebut saja Google Translate) karena setelah teks
selesai diterjemahkan pun, terjemahan harus direview beberapa kali untuk
menghindari kesalahan. Pastikan tenggat waktu yang telah disepakati tersebut
sudah cukup untuk proses penerjemahan teks sekaligus pengeditan atau
proofreading.
Deadline atau tenggat waktu adalah hal sakral
yang tidak boleh diremehkan penerjemah. Tenggat waktu akan jauh lebih berharga
bagi klien korporat yang punya kepentingan mendadak. Saat teksnya harus
diterjemahkan secepatnya dan dia tidak mendapatkan hasilnya pada waktu yang
telah disepakati, tercorenglah reputasi penerjemah. Terjemahan sempurna pun
jadi tidak ada nilainya sama sekali jika diserahkan terlambat tidak pada waktu
yang telah disepakati.
Sebagai catatan tambahan, dengan
pengecualian pada klien yang benar-benar membutuhkan terjemahan secepatnya
karena kepentingan urgen, klien yang rela membayar lebih mahal biasanya
memberikan tenggat waktu masuk akal dan cukup bagi penerjemah untuk memoles
terjemahannya sebagus mungkin. Sebaliknya, klien yang hanya mau membayar
recehan (sebut saja tarif rendah) malah memberikan tenggat waktu tidak masuk
akal. Contohnya, dia hanya mau membayar beberapa ribu rupiah saja per halaman
untuk total 50 halaman terjemahan yang harus selesai dalam satu hari. Deadline
ini sangat tidak masuk akal jika penerjemah hanyalah single player tanpa
bantuan penerjemah lainnya. Jika memang 50 halaman harus selesai dalam sehari,
tarif yang ditawarkan haruslah manusiawi dan lebih tinggi dari tarif reguler. Dalam
kasus ini, penerjemah bisa mengenakan tarif ekspres yang nilainya 1,5 atau 2
kali lebih tinggi dari tarif reguler yang biasa ditawarkannya ke klien. Tipe
klien yang membayar murah dan minta tenggat waktu tidak masuk akal biasanya adalah
makelar proyek terjemahan dan sebaiknya dihindari jika penerjemah ingin
bertahan lama di dunia alih bahasa.
Pelajari proyek secara saksama sebelum kesepakatan
Setiap klien punya kebutuhan sendiri
karena kepentingannya juga berbeda-beda. Setiap proyek terjemahan memiliki
aturan main sendiri yang harus dipatuhi dan dipahami penerjemah. Setiap teks
perlu teknik dan metode penerjemahan sendiri untuk sajikan hasil berkualitas. Oleh
karena itu, penerjemah perlu memahami dan mempelajari kebutuhan klien dan teksnya
sendiri sebelum menyatakan kesepakatannya untuk kerjakan proyek terjemahan.
Kegagalan dalam memenuhi permintaan klien tidak hanya disebabkan oleh kurang
kompetennya seorang penerjemah. Ini juga bisa disebabkan kurang efektifnya
komunikasi antara klien dan penerjemah sebelum proyek dimulai. Saat klien membutuhkan
A, penerjemah malah memberikan B dan hasilnya pun tidak sesuai harapan klien.
Penerjemah yang sudah berpengalaman pun bisa gagal memenuhi kebutuhan klien
jika terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi sejak awal.