Perkembangan kecerdasan buatan (artificial
intelligence) di berbagai bidang kehidupan sangatlah bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Perkembangan teknologi merupakan hal yang tidak bisa dihindari karena
zaman selalu berubah dan perubahan adalah suatu kepastian. Namun, dibalik
manfaat yang diberikannya, kecerdasan buatan ini juga berpotensi mengancam keberlangsungan
profesi profesional yang ditekuni orang
untuk menyambung hidupnya. Sedikit menengok ke belakang, ada banyak sekali
pekerjaan yang punah dan digeser oleh mesin karena teknologi berkembang pesat
untuk memberikan solusi lebih murah dan cepat. Kecerdasan buatan tentunya
memberikan dampak yang lebih besar lagi.
Salah satu penerapan teknologi
kecerdasan buatan di dunia alih bahasa adalah fitur baru yang ditanamkan di
Google Translate, yaitu Nueral Machine Translation (NMT). Bahkan, alat
interpreting otomatis juga sudah ditemukan. Pengguna hanya tinggal mengucapkan
kalimat dan mesin akan menerjemahkannya langsung secara lisan layaknya seorang
interpreter. Jadi, seorang traveler bisa mengatasi hambatan komunikasi saat
berlibur ke negara lain yang bahasanya berbeda. Bagaimana dampaknya terhadap ketidakberlangsungan
profesi penerjemah profesional? Perkembangan mesin penerjemah otomatis bukan
tidak mungkin sepenuhnya menggantikan peran penerjemah, entah dalam waktu 5,
10, atau 15 tahun lagi. Kemungkinan lainnya, kehadiran mesin ini sulit menggeser
peran penerjemah karena bahasa terlalu kompleks untuk diserahkan ke sebuah
mesin, apalagi dengan mempertimbangkan banyak faktor-faktor lainnya di luar
bahasa.
Kami melayani jasa penerjemah akurat dan profesional untuk berbagai jenis dokumen. Kami telah dipercaya oleh ratusan klien, lokal dan mancanegara, dari kalangan akademisi maupun perusahaan. Untuk pemesanan, silakan hubungi WhatsApp 0812-1506-0824 atau langsung klik wa.me/6281215060824
Kemungkinan pertama, mesin penerjemah otomatis bisa sepenuhnya
menggeser posisi penerjemah profesional. Perubahan ini bisa terjadi dalam 5,
10, 15 tahun atau bahkan lebih dan tidak ada kepastian karena masa depan sulit
diprediksi. Sebagai perbandingan, kita lihat saja peningkatan kualitas Google
Translate 5 - 10 tahun lalu dengan sekarang, terutama untuk Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris. Susunan bahasanya sudah cukup bagus dan mungkin sulit
membedakan terjemahan hasil penerjemah profesional dengan mesin penerjemah
otomatis. Meskipun susunan kalimatnya bagus dan tertata rapi, ini bukanlah
indikator utama kualitas terjemahan karena konteks, tujuan, serta faktor budaya
juga harus dipertimbangkan dalam menerjemahkan suatu teks.
Dampak lainnya, sebagian pengguna jasa
penerjemah dulu tidak enggan membayar jasa penerjemah, tetapi mereka sekarang
hanya tinggal menggunakan aplikasi gratisan saja. Tipe pengguna/klien seperti
ini biasanya hanya ingin memahami gambaran suatu teks secara umum untuk
dipelajari terutama untuk kepentingan akademis, bukan untuk tujuan yang
benar-benar penting atau urgen (misalnya, terjemahan dokumen korporat). Tetapi,
klien yang ingin menerjemahkan dokumen penting (seperti dokumen legal yang
tidak memberikan toleransi sedikit pun pada kesalahan terjemahan) atau dokumen
yang sensitif (misalnya teks keagamaan) masih enggan menggunakan mesin
penerjemahan gratisan dan mau mengeluarkan biaya lebih untuk jasa penerjemah.
Nueral Machine Translation (NMT) adalah
terobosan baru yang diterapkan dalam dunia alih bahasa. Teknologi ini
menggunakan Artificial Neural Network (ANN) yang pada dasarnya memanfaatkan
teknologi sistem saraf buatan untuk memahami struktur bahasa, dan menerjemahkan
teks layaknya penerjemah (manusia). Teknologi ini dibuat untuk meningkatkan kualitas
terjemahan otomatis sehingga diharapkan menjadi jauh lebih baik dari mesin
tradisional sebelumnya. Jika teknologi ini memang berhasil memproduksi
terjemahan jauh lebih baik, bukan tidak mungkin profesi penerjemah digeser dan hanya
tinggal melakukan pekerjaan post-editing saja.
Kemungkinan kedua, kita bisa beranggapan bahwa profesi
penerjemah profesional tidak mungkin digantikan oleh mesin penerjemah otomatis
sampai kapanpun. Jika
ini harus terjadi, maka perlu waktu sangat lama, bisa 50 atau 100 tahun lagi.
Perubahan di masa depan memang tidak bisa diprediksi sepenuhnya karena
teknologi terus berkembang melampaui perkiraan manusia sebelumnya. Orang yang
menyangkal perkembangan pesat pada teknologi mesin penerjemah otomatis bisa beranggapan
bahwa terjemahan tidak hanya fokus pada struktur bahasa saja karena penerjemah
juga harus mempertimbangkan konteks, bidang keilmuan, budaya, sekaligus
penggunaan teksnya nanti. Meskipun strukturnya bagus, kualitas terjemahan tidak
terjamin karena belum tentu makna disampaikan sesuai dengan konteksnya atau
sesuai maksud penulis teks tersebut. Faktor budaya juga memengaruhi bagaimana
suatu ungkapan atau istilah diterjemahkan ke bahasa sasaran.